Jumat, 22 Juli 2011

Penyakit Keturunan Masih Bisa Ditangkal

Mencegah lebih baik daripada mendapatkan warisan tak diinginkan tersebut. Keluarga tidak hanya dapat mewariskan harta benda, tapi juga penyakit dan gangguan fisik. Faktor bawaan, keturunan, genetik, atau "sudah dari sananya" sering diungkapkan dokter tentang penyakit dan gangguan ini.

Warisan penyakit jelas tidak dinanti. Syukur-syukur kalau penyakit ini tidak sampai dialami anak cucu kita.Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati. Itulah mengapa, cegahlah penyakit itu agar tak sampai "mampir" pada anak. Lakukan observasi lewat data riwayat kesehatan keluarga, penyakit apa sajakah yang mungkin diturunkan kepada anak.

Dengan demikian, kita dapat melakukan antisipasi, agar jangan sampai warisan tidak diinginkan itu diidap anak. Toh, untuk sebagian penyakit, kita masih memiliki waktu untuk mencegahnya. Jika penyakit turunan dialami anak sejak lahir, bukan berarti kita boleh menyerah pasrah. Lakukan berbagai usaha, agar anak dapat hidup layaknya anak normal lainnya.

Apa saja penyakit yang dapat diturunkan orangtua/keluarga kepada anak?

OBESITAS

Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan. Anak dikatakan obesitas jika bila beratnya lebih dari 20% dari berat idealnya. Celakanya, faktor keturunan dapat memengaruhi terjadinya kegemukan.

Dari hasil penelitian gizi di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orangtua normal mempunyai 10% peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila salah satu orangtua menderita obesitas dan akan meningkat menjadi 70-80% bila kedua orangtua menyandang obesitas. Oleh karena itu, bayi yang lahir dari orangtua yang tambun akan mempunyai kecenderungan menjadi gemuk.

Gemuk di saat bayi atau anak-anak mempunyai kemungkinan sulit menjadi kurus pada waktu dewasa, disebabkan pada anak-anak sudah membentuk sel yang jumlah nya lebih dari normal.

Namun, bukan berarti obesitas tidak dapat dicegah. Angka di atas adalah risiko, karena gaya hidup sehat tetap menjadi faktor utama, apakah anak mengalami obesitas atau tidak. Itulah mengapa, cegahlah si kecil agar tidak mengalami obesitas, tindakan itu antara lain:

• Mengurangi asupan makanan kaya gula seperti minuman ringan.
• Hindari mengonsumsi makanan berlemak terlalu sering.
• Jauhi mengonsumsi banyak camilan.
• Biasakan mengonsumsi makanan dengan gizi cukup dan seimbang.
• Konsumsi sayuran dan makanan kaya serat.
• Melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori


ASMA

Asma juga merupakan salah satu penyakit keturunan. Dari sebuah penelitian ditemukan, 30% penyakit asma diturunkan orangtua.

Faktor ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dibandingkan dengan bapak. Penelitian lainnya menyebutkan, orangtua penderita asma kemungkinan 8-16 kali menurunkan asma dibandingkan dengan orangtua yang tidak asma, terlebih lagi bila si anak alergi terhadap tungau debu rumah.

Itulah mengapa, bila salah satu orangtua misalnya ayah menderita asma, maka besar kemungkinan bayi yang dilahirkan dapat menderita asma di kemudian hari. Untuk itu, setiap bayi yang baru lahir dari orangtua yang mempunyai riwayat keturunan asma, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter keluarganya untuk mendapat nasihat agar anak ini tidak mengalami serangan asma dikemudian hari.

Misal dengan menjaga kebersihan rumah dari debu, menjauhi makanan yang berisiko menimbulkan alergi, membersihkan binatang peliharaan secara teratur, dan lain-lain.Bila si kecil menderita asma, lakukan pencegahan agar asmanya dapat terkontrol dan tidak mengganggu aktivitasnya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:

a. Gunakan obat-obat asma sesuai anjuran dokter. Sebisanya gunakan obat-obatan hirup sebelum terpaksa memakai obat-obatan oral (diminum). Sediakan dua obat, satu untuk mencegah timbulnya asma dan satu lagi untuk mengatasi jika serangan mendadak terjadi.

b. Kenali dan hindari faktor pencetus. Setiap anak umumnya memiliki faktor pencetus berbeda, ada yang karena makanan, minuman dingin, kacang, polusi, bau cat, debu, dan sebagainya.

c. Hindari olahraga atau aktivitas fisik terlalu berlebihan, ini akan membuat asma semakin cepat kambuh.

d. Jauhi stres. Hindari dengan gaya hidup sehat. Luangkan waktu untuk bermain bersama dan berekreasi.

e. Lakukan olahraga teratur agar tubuh si kecil tetap bugar dan sehat. Badan yang sehat dapat memperingan serangan asma.


ALERGI

Berdasarkan penelitian ilmiah, alergi pada anak sebagian besar disebabkan faktor keturunan. Jika kedua orangtua mempunyai bakat alergi, kemungkinan anak terserang alergi sekitar 70-80%. Tapi, jika hanya salah satu orangtua yang punya alergi, kemungkinannya menurun menjadi 30%. Selain faktor keturunan, alergi bisa tercetus karena faktor lingkungan.

Faktor pencetus alergi dari luar ini disebut alergen, yang akan bekerja jika seorang anak membawa sifat alergi. Alergen ini sendiri dibedakan menjadi tiga, yaitu alergen hirup, makanan, dan alergen suntik. Pada alergen hirup, pemicunya paling banyak adalah tungau debu rumah, di samping serbuk sari. Reaksi alergi akibat tungau ini antara lain sesak nafas, bersin-bersin, atau batuk. Sedangkan alergen suntik disebabkan oleh gigitan serangga atau suntikan. Biasanya akan menimbulkan reaksi pada kulit, dan bentuknya bisa beragam.

Cara mencegah:

Bila ada riwayat keluarga, baik saudara kandung, orangtua, kakek, nenek, atau saudara dekat lain yang kena alergi atau asma, deteksi kemungkinan alergi ini bahkan ketika anak belum dilahirkan.

Caranya:
• Ibu perlu menghindari atau minimalkan penyebab alergi sejak hamil.
• Hindari pencetus alergi dari lingkungan, contoh kecoak, serta tungau yang sering ada pada karpet, kasur kapuk, sofa, gorden. Juga bulu binatang peliharaan seperti kucing, anjing.
• Tunda pemberian makanan penyebab alergi seperti telur, kacang tanah, dan ikan, sampai usia di atas 2-3 tahun.
• Bila membeli makanan kemasan, biasakan untuk melihat komposisi bahan penyusunnya
• Bila bayi minum ASI, ibu juga perlu menghindari makanan penyebab alergi. Bila ASI tidak memungkinkan, gunakan susu formula hipoalergenik

Cara mengatasi:
• Jika anak telanjur menyandang alergi, sebaiknya identifikasi pencetusnya dan hindari. Jika anak alergi debu, maka bersihkan karpet, boneka, kain, dan sebagainya.
• Obat-obatan antialergi dapat digunakan tapi dalam jangka panjang tidak dianjurkan.


BUTA WARNA

Cirinya, antara lain anak sulit membedakan beberapa warna seperti hijau dengan biru dan merah dengan biru. Ibu biasanya berperan sebagai pembawa (carrier) dalam gangguan buta warna. Namun, ibu pembawa gen ini mungkin saja memiliki penglihatan normal dan tidak buta warna. Jika ibu “pembawa” (carrier) memiliki anak laki-laki, maka 50% anak itu berisiko menderita buta warna. Jika seorang wanita buta warna, anak lelakinya pasti buta warna. Buta warna umumnya jarang terjadi pada anak perempuan.

Cara mendeteksi anak yang mengalami buta warna:
• Sering salah menyebutkan warna.
• Tidak dapat membedakan beberapa warna seperti hijau, biru, merah, dan sebagainya.

Cara mengatasi:
Anak buta warna tidak mengalami hambatan secara fisik dan kesehatan. Anak dapat hidup, beraktivitas, sekolah, dan merintis karier seperti anak-anak lainnya. Bahkan beberapa anak tidak sadar dirinya buta warna hingga suatu ketika dilakukan tes buta warna.

Hal yang dapat dilakukan orangtua adalah membantu anak saat pemilihan kariernya karena ada beberapa profesi yang mungkin tidak dapat dilakoninya secara maksimal. Tidak masalah, toh masih banyak ratusan profesi lainnya yang dapat digeluti.


HEMOFILIA

Darah pada seorang penyandang hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya. Penyakit ini juga merupakan penyakit turunan dan diturunkan.

Bagaimana mengetes seseorang diduga membawa bakat hemofilia atau tidak, ada dua cara untuk memastikannya, itu antara lain dengan meneliti riwayat kesehatan kelauarga. Bila sang ayah hemofilia, maka sang anak perempuan merupakan pembawa (carrier). Sementara jika sang ibu yang carrier, maka sang anak wanitanya memiliki kesempatan 50% menjadi seorang carrier.

Cara lainnya melalui tes DNA. Contoh darah tidak hanya di ambil dari orang yang berpotensial sebagai carrier tetapi juga pada seluruh anggota keluarga yang lainnya. Hasil dari tes tersebut baru dapat dilihat setelah 10-14 hari.

Cara mengatasi:
Jika si kecil divonis menyandang hemofilia, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:

• Menjaga berat tubuh agar tetap proporsional. Ingat, berat berlebih dapat mengakibatkan perdarahan. Utamanya pada penderita hemofilia berat.

• Lakukan olahraga secara teratur. Olahraga dapat memperkuat otot sehingga otot tidak mudah cedera. Pilihlah olahraga yang sesuai seperti berenang. Hindari olahraga yang memungkinkannya berkontak fisik seperti sepakbola karena berisiko menyebabkannya terluka dan mengalami perdarahan.

• Lakukan pemeriksaan gigi dan gusi secara teratur. Paling lambat setiap enam bulan sekali.6. DIABETESDiabetes adalah istilah populernya. Penyakit ini juga merupakan penyakit keturunan. Jika salah satu orangtua atau keduanya mengidap penyakit ini maka kemungkinan anak-anaknya akan mengalami risiko menderita penyakit yang sama sebanyak 40%. Apalagi jika gaya hidup anak tidak sehat. Namun, jangan khawatir penyakit ini dapat dihindari dengan jalan :

• Lakukan gaya hidup sehat. Olahraga teratur dan hindari makanan kaya dengan gula yang dapat mengundang diabetes. Jangan mengonsumsi makanan dengan gula lebih dari 2,5 sendok makan dalam seharinya.

• Jaga berat badan (BB). Perhatikan asupannya, jangan sampai BB melampaui batas normalnya. Jika BB telah melampaui 110%, dianjurkan untuk segera berdiet rendah kalori atau tingkatkan aktivitas fisik, seperti dengan olahraga.

• Makan makanan alami, konsumsi bahan makanan alami yang kaya serat kasar (sayuran hijau, beras tumbuk, beras merah, buah-buahan).

• Rajin berolahraga dan kurangi konsumsi makanan yang mengandung gula.
Jika sejak kecil anak sudah menderita diabetes (diabetes tipe-1), maka ada beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan karena penderita sepanjang hidupnya memang harus bergantung pada suntikan insulin, itu antara lain :

= DM-1 merupakan penyakit kronik dan memerlukan pengobatan seumur hidup, maka pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar glukosa darah serta penyakitnya di rumah.
= Penanganan penyakit diabetes adalah dengan mengobati gejalanya atau mencegahnya dengan mengatur pola makanan. Atur asupan makanan yang mengandung gula, karbohidrat, serta lemak.

Penderita diabetes dianjurkan untuk menjalankan program diet yang ditentukan berdasarkan jumlah kalori yang dibutuhkannya.

• Ajak anak melakukan olahraga yang cukup. Selain mempertahankan berat badan ideal, olahraga juga membantu kerja metabolisme tubuh sehingga dapat mengurangi kebutuhan tubuh akan insulin.

• Orangtua juga harus selalu menyediakan makanan berkadar gula tinggi. Bagaimanapun penderita DM juga sering terkena hipoglikemia atau kekurangan kadar gula darah secara cepat, jadi sediakanlah makanan berkadar gula tinggi, seperti permen.

Tentunya, orangtua juga harus mengenali gejala-gejala hipoglikemia dengan benar.

• Anak juga harus dijauhkan dari asap rokok. Rokok merupakan faktor tambahan timbulnya komplikasi penyakit DM.

• Jangan lupa, bawa obat-obatan ketika bepergian jauh. DM tidak menjadi hambatan bagi penderitanya untuk mengadakan perjalanan jarak jauh. Dengan persiapan yang saksama dan cermat, maka perjalanan tersebut dapat dilakukan dengan aman dan lancar.


THALASEMIA

Thalasemia merupakan penyakit turunan yang merupakan kelainan pembentukan sel darah merah. Pada thalasemia minor, si individu hanya membawa gen penyakit thalasemia, namun ia hidup normal, tanda-tanda penyakit thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Ada 25% kemungkinan pada setiap anak mereka untuk menderita thalasemia mayor dengan berbagai ragam keluhan, seperti anemia, lemas, loyo, dan sering mengalami pendarahan.

Mencegah tentu lebih baik, karena itu sebelum menikah, setiap pasangan sebaiknya memeriksakan darah. Ini untuk menentukan adakah risiko thalasemia pada hasil keturunan mereka kelak. Ini sudah dilakukan di beberapa negara Asia dan Timur Tengah (Iran). Jika diketahui berisiko, maka pasangan disarankan untuk tidak menikah atau kalaupun menikah memutuskan untuk tidak punya anak lagi.

Cara mengatasi:
Jika si kecil mengidap thalasemia, maka harus dilakukan perawatan dan pengobatan yang rutin.

Dengan demikian, anak dapat menjalankan hidup selayaknya orang normal di tengah masyarakat.


HIPERTENSI / TEKANAN DARAH TINGGI

Salah satu penyebab tekanan darah tinggi adalah faktor keturunan. Meski kemungkinannya kecil, orangtua tetap harus waspada. Lakukan hal-hal berikut sebagai upaya pencegahan sedini mungkin:

1. Kurangi makan makanan yang mengandung garam dan lemak tinggi.

2. Kurangi stres. Perbanyak waktu bermain.

3. Lakukan olahraga secara teratur.

4. Mengukur tekanan darah secara berkala juga sangat disarankan pada anak-anak. Langkah ini penting untuk mendeteksi secara dini kehadiran hipertensi. Untuk anak berusia tiga tahun ke atas, periksakan tekanan darahnya minimal setahun sekali.

5. Pemeriksaan tekanan darah juga perlu dilakukan pada bayi dengan kondisi tertentu, yakni bayi yang lahir dengan berat badah rendah, prematur, juga bayi yang dalam pengobatan dengan obat-obatan yang bisa meninggikan tekanan darah.

6. Hal lain adalah perhatikan asupan makanannya. Dalam hal ini, perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan.

sumber: dr. Sugito Wonodirekso, M.S.,Ketua Perkumpulan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) Pusat

Tidak ada komentar: