Mencegah lebih baik daripada mendapatkan warisan tak
diinginkan tersebut. Keluarga tidak hanya dapat mewariskan harta benda,
tapi juga penyakit dan gangguan fisik. Faktor bawaan, keturunan,
genetik, atau "sudah dari sananya" sering diungkapkan dokter tentang
penyakit dan gangguan ini.
Warisan penyakit jelas tidak dinanti.
Syukur-syukur kalau penyakit ini tidak sampai dialami anak cucu
kita.Seperti kata pepatah, mencegah lebih baik daripada mengobati.
Itulah mengapa, cegahlah penyakit itu agar tak sampai "mampir" pada
anak. Lakukan observasi lewat data riwayat kesehatan keluarga, penyakit
apa sajakah yang mungkin diturunkan kepada anak.
Dengan demikian,
kita dapat melakukan antisipasi, agar jangan sampai warisan tidak
diinginkan itu diidap anak. Toh, untuk sebagian penyakit, kita masih
memiliki waktu untuk mencegahnya. Jika penyakit turunan dialami anak
sejak lahir, bukan berarti kita boleh menyerah pasrah. Lakukan berbagai
usaha, agar anak dapat hidup layaknya anak normal lainnya.
Apa saja penyakit yang dapat diturunkan orangtua/keluarga kepada anak?
OBESITAS
Obesitas
adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. Anak dikatakan obesitas jika bila beratnya lebih dari
20% dari berat idealnya. Celakanya, faktor keturunan dapat memengaruhi
terjadinya kegemukan.
Dari hasil penelitian gizi di Amerika
Serikat, dilaporkan bahwa anak-anak dari orangtua normal mempunyai 10%
peluang menjadi gemuk. Peluang itu akan bertambah menjadi 40-50% bila
salah satu orangtua menderita obesitas dan akan meningkat menjadi 70-80%
bila kedua orangtua menyandang obesitas. Oleh karena itu, bayi yang
lahir dari orangtua yang tambun akan mempunyai kecenderungan menjadi
gemuk.
Gemuk di saat bayi atau anak-anak mempunyai kemungkinan
sulit menjadi kurus pada waktu dewasa, disebabkan pada anak-anak sudah
membentuk sel yang jumlah nya lebih dari normal.
Namun, bukan
berarti obesitas tidak dapat dicegah. Angka di atas adalah risiko,
karena gaya hidup sehat tetap menjadi faktor utama, apakah anak
mengalami obesitas atau tidak. Itulah mengapa, cegahlah si kecil agar
tidak mengalami obesitas, tindakan itu antara lain:
• Mengurangi asupan makanan kaya gula seperti minuman ringan.
• Hindari mengonsumsi makanan berlemak terlalu sering.
• Jauhi mengonsumsi banyak camilan.
• Biasakan mengonsumsi makanan dengan gizi cukup dan seimbang.
• Konsumsi sayuran dan makanan kaya serat.
• Melakukan aktivitas fisik untuk membakar kalori
ASMA
Asma juga merupakan salah satu penyakit keturunan. Dari sebuah penelitian ditemukan, 30% penyakit asma diturunkan orangtua.
Faktor
ibu ternyata lebih kuat menurunkan asma dibandingkan dengan bapak.
Penelitian lainnya menyebutkan, orangtua penderita asma kemungkinan 8-16
kali menurunkan asma dibandingkan dengan orangtua yang tidak asma,
terlebih lagi bila si anak alergi terhadap tungau debu rumah.
Itulah
mengapa, bila salah satu orangtua misalnya ayah menderita asma, maka
besar kemungkinan bayi yang dilahirkan dapat menderita asma di kemudian
hari. Untuk itu, setiap bayi yang baru lahir dari orangtua yang
mempunyai riwayat keturunan asma, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
keluarganya untuk mendapat nasihat agar anak ini tidak mengalami
serangan asma dikemudian hari.
Misal dengan menjaga kebersihan
rumah dari debu, menjauhi makanan yang berisiko menimbulkan alergi,
membersihkan binatang peliharaan secara teratur, dan lain-lain.Bila si
kecil menderita asma, lakukan pencegahan agar asmanya dapat terkontrol
dan tidak mengganggu aktivitasnya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain:
a.
Gunakan obat-obat asma sesuai anjuran dokter. Sebisanya gunakan
obat-obatan hirup sebelum terpaksa memakai obat-obatan oral (diminum).
Sediakan dua obat, satu untuk mencegah timbulnya asma dan satu lagi
untuk mengatasi jika serangan mendadak terjadi.
b. Kenali dan
hindari faktor pencetus. Setiap anak umumnya memiliki faktor pencetus
berbeda, ada yang karena makanan, minuman dingin, kacang, polusi, bau
cat, debu, dan sebagainya.
c. Hindari olahraga atau aktivitas fisik terlalu berlebihan, ini akan membuat asma semakin cepat kambuh.
d. Jauhi stres. Hindari dengan gaya hidup sehat. Luangkan waktu untuk bermain bersama dan berekreasi.
e. Lakukan olahraga teratur agar tubuh si kecil tetap bugar dan sehat. Badan yang sehat dapat memperingan serangan asma.
ALERGI
Berdasarkan
penelitian ilmiah, alergi pada anak sebagian besar disebabkan faktor
keturunan. Jika kedua orangtua mempunyai bakat alergi, kemungkinan anak
terserang alergi sekitar 70-80%. Tapi, jika hanya salah satu orangtua
yang punya alergi, kemungkinannya menurun menjadi 30%. Selain faktor
keturunan, alergi bisa tercetus karena faktor lingkungan.
Faktor
pencetus alergi dari luar ini disebut alergen, yang akan bekerja jika
seorang anak membawa sifat alergi. Alergen ini sendiri dibedakan menjadi
tiga, yaitu alergen hirup, makanan, dan alergen suntik. Pada alergen
hirup, pemicunya paling banyak adalah tungau debu rumah, di samping
serbuk sari. Reaksi alergi akibat tungau ini antara lain sesak nafas,
bersin-bersin, atau batuk. Sedangkan alergen suntik disebabkan oleh
gigitan serangga atau suntikan. Biasanya akan menimbulkan reaksi pada
kulit, dan bentuknya bisa beragam.
Cara mencegah:
Bila ada
riwayat keluarga, baik saudara kandung, orangtua, kakek, nenek, atau
saudara dekat lain yang kena alergi atau asma, deteksi kemungkinan
alergi ini bahkan ketika anak belum dilahirkan.
Caranya:
• Ibu perlu menghindari atau minimalkan penyebab alergi sejak hamil.
•
Hindari pencetus alergi dari lingkungan, contoh kecoak, serta tungau
yang sering ada pada karpet, kasur kapuk, sofa, gorden. Juga bulu
binatang peliharaan seperti kucing, anjing.
• Tunda pemberian makanan penyebab alergi seperti telur, kacang tanah, dan ikan, sampai usia di atas 2-3 tahun.
• Bila membeli makanan kemasan, biasakan untuk melihat komposisi bahan penyusunnya
•
Bila bayi minum ASI, ibu juga perlu menghindari makanan penyebab
alergi. Bila ASI tidak memungkinkan, gunakan susu formula hipoalergenik
Cara mengatasi:
•
Jika anak telanjur menyandang alergi, sebaiknya identifikasi
pencetusnya dan hindari. Jika anak alergi debu, maka bersihkan karpet,
boneka, kain, dan sebagainya.
• Obat-obatan antialergi dapat digunakan tapi dalam jangka panjang tidak dianjurkan.
BUTA WARNA
Cirinya,
antara lain anak sulit membedakan beberapa warna seperti hijau dengan
biru dan merah dengan biru. Ibu biasanya berperan sebagai pembawa
(carrier) dalam gangguan buta warna. Namun, ibu pembawa gen ini mungkin
saja memiliki penglihatan normal dan tidak buta warna. Jika ibu
“pembawa” (carrier) memiliki anak laki-laki, maka 50% anak itu berisiko
menderita buta warna. Jika seorang wanita buta warna, anak lelakinya
pasti buta warna. Buta warna umumnya jarang terjadi pada anak
perempuan.
Cara mendeteksi anak yang mengalami buta warna:
• Sering salah menyebutkan warna.
• Tidak dapat membedakan beberapa warna seperti hijau, biru, merah, dan sebagainya.
Cara mengatasi:
Anak
buta warna tidak mengalami hambatan secara fisik dan kesehatan. Anak
dapat hidup, beraktivitas, sekolah, dan merintis karier seperti
anak-anak lainnya. Bahkan beberapa anak tidak sadar dirinya buta warna
hingga suatu ketika dilakukan tes buta warna.
Hal yang dapat
dilakukan orangtua adalah membantu anak saat pemilihan kariernya karena
ada beberapa profesi yang mungkin tidak dapat dilakoninya secara
maksimal. Tidak masalah, toh masih banyak ratusan profesi lainnya yang
dapat digeluti.
HEMOFILIA
Darah pada
seorang penyandang hemofilia tidak dapat membeku dengan sendirinya
secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita hemofilia
tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Ia akan lebih banyak
membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya. Penyakit ini juga
merupakan penyakit turunan dan diturunkan.
Bagaimana mengetes
seseorang diduga membawa bakat hemofilia atau tidak, ada dua cara untuk
memastikannya, itu antara lain dengan meneliti riwayat kesehatan
kelauarga. Bila sang ayah hemofilia, maka sang anak perempuan merupakan
pembawa (carrier). Sementara jika sang ibu yang carrier, maka sang anak
wanitanya memiliki kesempatan 50% menjadi seorang carrier.
Cara
lainnya melalui tes DNA. Contoh darah tidak hanya di ambil dari orang
yang berpotensial sebagai carrier tetapi juga pada seluruh anggota
keluarga yang lainnya. Hasil dari tes tersebut baru dapat dilihat
setelah 10-14 hari.
Cara mengatasi:
Jika si kecil divonis menyandang hemofilia, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan:
•
Menjaga berat tubuh agar tetap proporsional. Ingat, berat berlebih
dapat mengakibatkan perdarahan. Utamanya pada penderita hemofilia berat.
•
Lakukan olahraga secara teratur. Olahraga dapat memperkuat otot
sehingga otot tidak mudah cedera. Pilihlah olahraga yang sesuai seperti
berenang. Hindari olahraga yang memungkinkannya berkontak fisik seperti
sepakbola karena berisiko menyebabkannya terluka dan mengalami
perdarahan.
• Lakukan pemeriksaan gigi dan gusi secara teratur.
Paling lambat setiap enam bulan sekali.6. DIABETESDiabetes adalah
istilah populernya. Penyakit ini juga merupakan penyakit keturunan. Jika
salah satu orangtua atau keduanya mengidap penyakit ini maka
kemungkinan anak-anaknya akan mengalami risiko menderita penyakit yang
sama sebanyak 40%. Apalagi jika gaya hidup anak tidak sehat. Namun,
jangan khawatir penyakit ini dapat dihindari dengan jalan :
•
Lakukan gaya hidup sehat. Olahraga teratur dan hindari makanan kaya
dengan gula yang dapat mengundang diabetes. Jangan mengonsumsi makanan
dengan gula lebih dari 2,5 sendok makan dalam seharinya.
• Jaga
berat badan (BB). Perhatikan asupannya, jangan sampai BB melampaui batas
normalnya. Jika BB telah melampaui 110%, dianjurkan untuk segera
berdiet rendah kalori atau tingkatkan aktivitas fisik, seperti dengan
olahraga.
• Makan makanan alami, konsumsi bahan makanan alami
yang kaya serat kasar (sayuran hijau, beras tumbuk, beras merah,
buah-buahan).
• Rajin berolahraga dan kurangi konsumsi makanan yang mengandung gula.
Jika
sejak kecil anak sudah menderita diabetes (diabetes tipe-1), maka ada
beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan karena penderita sepanjang
hidupnya memang harus bergantung pada suntikan insulin, itu antara lain :
=
DM-1 merupakan penyakit kronik dan memerlukan pengobatan seumur hidup,
maka pasien serta keluarga harus dapat melakukan pemantauan kadar
glukosa darah serta penyakitnya di rumah.
= Penanganan penyakit
diabetes adalah dengan mengobati gejalanya atau mencegahnya dengan
mengatur pola makanan. Atur asupan makanan yang mengandung gula,
karbohidrat, serta lemak.
Penderita diabetes dianjurkan untuk menjalankan program diet yang ditentukan berdasarkan jumlah kalori yang dibutuhkannya.
•
Ajak anak melakukan olahraga yang cukup. Selain mempertahankan berat
badan ideal, olahraga juga membantu kerja metabolisme tubuh sehingga
dapat mengurangi kebutuhan tubuh akan insulin.
• Orangtua juga
harus selalu menyediakan makanan berkadar gula tinggi. Bagaimanapun
penderita DM juga sering terkena hipoglikemia atau kekurangan kadar gula
darah secara cepat, jadi sediakanlah makanan berkadar gula tinggi,
seperti permen.
Tentunya, orangtua juga harus mengenali gejala-gejala hipoglikemia dengan benar.
• Anak juga harus dijauhkan dari asap rokok. Rokok merupakan faktor tambahan timbulnya komplikasi penyakit DM.
•
Jangan lupa, bawa obat-obatan ketika bepergian jauh. DM tidak menjadi
hambatan bagi penderitanya untuk mengadakan perjalanan jarak jauh.
Dengan persiapan yang saksama dan cermat, maka perjalanan tersebut dapat
dilakukan dengan aman dan lancar.
THALASEMIA
Thalasemia
merupakan penyakit turunan yang merupakan kelainan pembentukan sel
darah merah. Pada thalasemia minor, si individu hanya membawa gen
penyakit thalasemia, namun ia hidup normal, tanda-tanda penyakit
thalasemia tidak muncul. Walau thalasemia minor tak bermasalah, namun
bila ia menikah dengan thalasemia minor juga akan terjadi masalah. Ada
25% kemungkinan pada setiap anak mereka untuk menderita thalasemia mayor
dengan berbagai ragam keluhan, seperti anemia, lemas, loyo, dan sering
mengalami pendarahan.
Mencegah tentu lebih baik, karena itu
sebelum menikah, setiap pasangan sebaiknya memeriksakan darah. Ini untuk
menentukan adakah risiko thalasemia pada hasil keturunan mereka kelak.
Ini sudah dilakukan di beberapa negara Asia dan Timur Tengah (Iran).
Jika diketahui berisiko, maka pasangan disarankan untuk tidak menikah
atau kalaupun menikah memutuskan untuk tidak punya anak lagi.
Cara mengatasi:
Jika si kecil mengidap thalasemia, maka harus dilakukan perawatan dan pengobatan yang rutin.
Dengan demikian, anak dapat menjalankan hidup selayaknya orang normal di tengah masyarakat.
HIPERTENSI / TEKANAN DARAH TINGGI
Salah
satu penyebab tekanan darah tinggi adalah faktor keturunan. Meski
kemungkinannya kecil, orangtua tetap harus waspada. Lakukan hal-hal
berikut sebagai upaya pencegahan sedini mungkin:
1. Kurangi makan makanan yang mengandung garam dan lemak tinggi.
2. Kurangi stres. Perbanyak waktu bermain.
3. Lakukan olahraga secara teratur.
4.
Mengukur tekanan darah secara berkala juga sangat disarankan pada
anak-anak. Langkah ini penting untuk mendeteksi secara dini kehadiran
hipertensi. Untuk anak berusia tiga tahun ke atas, periksakan tekanan
darahnya minimal setahun sekali.
5. Pemeriksaan tekanan darah
juga perlu dilakukan pada bayi dengan kondisi tertentu, yakni bayi yang
lahir dengan berat badah rendah, prematur, juga bayi yang dalam
pengobatan dengan obat-obatan yang bisa meninggikan tekanan darah.
6. Hal lain adalah perhatikan asupan makanannya. Dalam hal ini, perbanyak konsumsi sayuran dan buah-buahan.
sumber: dr. Sugito Wonodirekso, M.S.,Ketua Perkumpulan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI) Pusat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar